Harga minyak mentah dunia masih berada di posisi tertinggi selama dua tahun terakhir. Kondisi tersebut dipicu oleh percepatan aktivitas manufaktur di negara-negara industri dan musim dingin yang membuat cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS) semakin kritis.
Dalam penutupan perdagangan, kemarin,harga minyak dunia masih bertahan di atas USD90/barel.Harga minyak mentah AS turun USD12 sen menjadi USD91,43/barel. Harga ini di bawah level puncak pada Senin (3/1) lalu, yaitu USD92,58/barel, tertinggi sejak Oktober 2008. “Sentimen minyak jelas telah berbalik naik. Sebagian didorong cuaca dingin yang luar biasa.
Namun, ini lebih karena pandangan konsensus yang optimistis terhadap kinerja ekonomi pada 2011, terutama di Amerika Serikat,”ungkap analis JPMorgan yang dipimpin Lawrence Eagles kemarin. Persediaan minyak mentah di AS, negara konsumen terbesar di dunia, jatuh untuk kelima kalinya berturut-turut. Menurut sebuah jajak pendapat, pada pekan lalu turun hingga 1,7 juta barel.Kilangkilang terus digunakan untuk memasok lebih banyak minyak mentah yang disimpan.
Sementara itu, pemerintah akan terus memantau fluktuasi harga minyak yang kini mencapai di atas USD90/barel. Harga tersebut dinilai belum memengaruhi asumsi makro secara keseluruhan.Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Askolani mengatakan, berkaca pada pengalaman 2008, harga minyak naik tinggi lalu anjlok ke USD30– 40/barel.
Menurutnya, angka di atas USD90/barel tidak akan bertahan setahun.Dengan demikian, asumsi harga ICP dalam APBN 2011 sebesar USD80 masih cukup relevan. ”Kita lihat bagaimana simulasinya, jika bertahan USD90 atau di atas itu sepanjang tahun,”ujarnya di Jakarta kemarin.
Rabu, 05 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar