Meski pertumbuhan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia di tahun 2010 melejit, hal ini belum membuat industri tekstil berkembang.
Kinerja industri TPT nasional kini masih di bawah level 4%, kecuali untuk produk garmen yang bisa di atas 5% menyusul peningkatan output yang cukup besar.
Padahal di sisi lain, pertumbuhan ekspor tekstil mencapai 21,2% atau sebesar US$11,32 miliar.
Menurut Direktur Eksekutif Indotextiles, Redma Gita Wirawasta, stagnasi industri TPT lebih disebabkan oleh ketidakmampuan industri nasional menyerap potensi investasi baru yang merelokasikan pabriknya dari China, Korea Selatan dan Taiwan.
Investasi yang terjadi beberapa tahun terakhir ini lebih pada modernisasi permesinan dan sedikit perluasan kapasitas usaha.
“Tiga tahun terakhir banyak investor luar yang akan membangun pabrik disini, namun karena ketidaktersediaan energi listrik mereka beralih ke Vietnam dan Bangladesh," ujar Redma dalam siaran pers lembaga yang bergerak dibidang penelitian, analisa dan informasi mengenai bisnis pertekstilan tersebut di Jakarta, Kamis (6/1).
Padahal, jika negara-negara itu berinvestasi di Indonesia, ekspor tahun ini bisa mencapai lebih dari 30%.
Konsumsi domestik juga tumbuh 28% menjadi 1,35 juta ton dari 1,05 juta ton di tahun 2009.
Meskipun terjadi lonjakan konsumsi yang diikuti oleh lonjakan penjualan produk pakaian jadi lokal sekitar 60% atau menjadi 734 ribu ton, namun permasalahan produk ilegal masih cukup dominan.
â€Dimana dari total konsumsi masyarakat 2010 yang sebesar 1,35 juta ton, penjualan produk lokal hanya 734 ribu ton atau sebesar 54%, produk impor sebesar 54 ribu ton atau 4% dan produk ilegal diperkirakan mencapai 573 ribu ton atau sekitar 42%,
Jumat, 07 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar