Meski data Dewan Gula Indonesia (DGI) menyebutkan stok gula kristal putih (GKP) nasional masih sekitar 800 ribu-900 ribu ton yang mencukupi untuk 3 bulan pertama 2011, tidak ada jaminan pasokan di pasaran akan bertambah.
"Tidak ada yang tahu ada dimana stok itu. Pemerintah sendiri masih kesulitan untuk mendapat akses untuk memastikan stok yang dimiliki pabrik gula dan pedagang serta tidak adanya instrumen yang bisa memaksa mereka menjual stok yang ada. Kita sendiri belum tahu ada dimana stok itu," ujar Ketua Umum Asosiasi Pedagang Gula dan Terigu Indonesia (Apegti), Natsir Mansyur, Selasa (4/1).
Menurutnya, kondisi ini akan membuat harga gula tidak akan bergerak turun karena pabrik gula dan pedagang akan tetap menahan stok yang dimiliki.
"Setiap tahun hampir terjadi seperti ini karena memang tidak ada sanksi untuk pedagang yang menjual gula rafinasi ke pasaran tetapi juga untuk importir yang tidak bisa merealisasikan kuota impor yang berpengaruh terhadap gejolak harga di dalam negeri," ujar Natsir.
Sumber Media Indonesia menyatakan dominasi para pedagang perantara masih sangat dominan dalam setiap tender pengadaan gula nasional. Faktanya, setiap perusahaan pelat merah yang telah ditunjuk menjadi importir GKP tersebut justru bekerja sama dengan pemain-pemain gula skala besar yang selama ini bisa dikatakan menguasai perdagangan gula di dalam negeri.
"Pemain gula skala besar yang selama ini sering diistilahkan samurai masih memiliki posisi tawar kuat dalam bisnis gula di Indonesia," ujarnya.
Menurutnya saat ini terdapat lima pedagang gula skala besar yaitu Pieko Nyoio Serijadi pemilik PT Citra Gemini Mulia, Sunhan petinggi PT Anhaguna Sentosa, Tjokro petinggi PT Kencana Gula Manis, Grup Haryanto, serta Grup Berlian Penta.
"Mereka inilah yang memegang kartel perdagangan gula nasional. Selama mereka masih memiliki kontrol dominan, setiap tahun kelangkaan dan harga gula naik pasti terjadi," pungkasnya.
Rabu, 05 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar